CSA

Loading

Minggu, 12 Januari 2014

Jurnal Gizi Masyarakat

I.
Pendahuluan
Kehidupan modern menuntut kita agar selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan, baik
kesehatan pribadi maupun kesehatan lingkungan. Yang dimaksud kesehatan pribadi menurut Muri’fah dan
Herdianto (1992: 8) adalah “kesehatan atau kebersihan diri sendiri seutuhnya yaitu meliputi seluruh aspek
pribadi, fisik, mental, sosial agar tumbuh dan berkem-bang secara harmonis.” Sedangkan kesehatan lingkungan
menurut Muri’fah dan Herdianto (1992: 8) adalah “ Kesehatan yang berada di luar diri meliputi lingkungan
biologis dan lingkungan fisik.”
Sehat adalah tidak adanya gangguan terhadap jasmani, rohani, dan sosial. Kesehatan mencakup pribadi
seseorang seutuhnya meliputi sehat pisik, sehat mental, dan sosial. Pemahaman sehat tersebut sesuai dengan
pengertian sehat yang dikemukakan WHO yang dikutip oleh Mari’fah (1992: 1) adalah “ keadaan yang meliputi
kesehatan fisik, kesehatan mental, dan kesehatan sosial dan bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat,
dan kelemahan.”
Dengan demikian tidak cukup suatu masyarakat bebas dari penyakit, tetapi juga harus mencakup
keseluruhan, sehat secara total seperti dikemukakan WHO. Untuk mencapainya, masyarakat perlu diberi
pendidikan kesehatan yang secara sistematis akan membekali mereka dalam kehidupannya dan merupakan
sikap hidup sehari-hari.
Sikap hidup merupakan pandangan hidup yang harus ditanamkan pada masayarakat dari mulai lahir
sampai hayatnya dan harus menjadi kebiasaan hidup sehari hari dalam keluarga maupun dalam, masyarakat.
Dengan demikian, akan terbentuk pribadi-pribadi yang sehat, yang akhirnya dapat menunjang terhadap
produktivitas tenaga kerja.
Pada saat ini, sebagian besar atau 50% penduduk Indonesia dapat dikatakan tidak sakit akan tetapi juga
tidak sehat, umumnya disebut kekurangan gizi (Atmarita, 2004). Kejadian kekurangan gizi sering terluputkan dari
penglihatan atau pengamatan biasa, akan tetapi secara perlahan berdampak pada tingginya angka kematian
ibu, angka kematian bayi, angka kematian balita, serta rendahnya umur harapan hidup.
Akhir-akhir ini, di masyarakat kita mulai menyeruak banyak masalah kesehatan dan gizi yang perlu
mandapat perhatian. Kasus busung lapar misalnya, merupakan contoh betapa pemahaman kese-hatan di
masyarakat masih minimal. Sehingga kita tercengang ketika data menunjukkan bahwa di Indonesia anak-anak
Balita (di bawah lima tahun) delapan persen menderita busung lapar alias gizi buruk. Kalau proyeksi penduduk
Indonesia yang disusun Badan Pusat Statistik tahun 2005 ini jumlah anak Balita usia 0-4 tahun berjumlah 20,87
juta anak (
Kom-pas
, 28 Mei 2005), itu berarti saat ini ada sekitar 1,67 juta anak Balita yang menderita busung
lapar. Belum lagi kasus polio dan kusta yang tahun ini juga sempat mencuat di beberapa daerah di Indonesia.
Urusan kesehatan merupakan urusan lingkungan, sikap, dan perilaku masyarakat. Hal ini diper-kuat hasil
penelitian Hendrik L. Blum yang dikutif Saeful Millah (
Pikiran Rakyat
, 3 Juni 2005), bahwa dari empat faktor kunci
yang mempengaruhi derajat kese-hatan, maka aspek pelayanan hanya memiliki kontribusi 20%. Sementara
sebagian besar 80%, dipengaruhi oleh tiga faktor lainnya. Yaitu, 45% ditentukan oleh lingkungan, 30% perilaku
masyarakat, dan 5% ditentukan faktor keturunan.
Itu artinya urusan kesehatan bukan hanya urusan dokter, bidan, atau tenaga medis lainnya, melainkan
urusan berbagai pihak. Terutama aspek perilaku masyarakat dan lingkungan yang harus mendapat perhatian
utama.

Berangkat dari rasional tersebut, maka kami sebagai bagian dari masyarakat akademik yang harus
melakukan pengabdian kepada masyarakat merasa ter-panggil untuk ikut berkiprah dalam melakukan
penyuluhan. Kampus yang dituntut untuk mengadakan Tridarma Perguruan Tinggi, yaitu : pengajaran,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat sudah seharusnya turut serta dalam mengatasi kesulitan
tersebut.
Di Jawa barat, terkait dengan kesehatan masyarakat ini sangat memperihatinkan. Data yang sempat tercatat
media, kasus gizi buruk dan penyakit tahun 2005 ini terjadi hampir di seluruh daerah. Jumlah kasus hampir
merata di seluruh daerah. Menurut data yang tercatat Harian
Pikiran Rakyat
misalnya, ribuan balita terserang
polio dan diare. Begitu juga dengan gizi buruk, hampir seluruh daerah kabupaten mengalami gizi buruk yang
sangat mencolok, bahkan naik dari tahun sebelumnya.
Di Sumedang, gizi buruk dan penyakit yang terjangkit di setiap tahun terus meningkat. Menurut data Pikiran
Rakyat, 14 Juni 2005, jumlah balita yang mengalami gizi buruk di Sumedang tahun 2003 sebanyak 843,
sedangkan tahun 2004 meningkat menjadi 871 balita. Jumlah tersebut tersebar di beberapa kecamatan.
Dari data dan penjelasan di atas maka sudah sepantasnya kampus yang dalam salah satu darmanya harus
melaksanakan pengabdian kepada masyarakat turut serta dalam penyuluhan kesehatan gizi dan penyakit
kepada masyarakat. Oleh karena itu, kami bermaksud turut serta mengada-kan penyuluhan mengenai gizi dan
kesehatan serta penyakit. 
untuk melihat versi lengkapnya 
silahkan....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar